Ikhlas dalam Ucapan dan Perbuatan

Ikhlas dalam Ucapan dan Perbuatan

Setiap amal perbuatan harus ada tujuan akhir, juga disertai dengan niat. Ikhlas dalam beramal merupakan suatu keniscayaan, sehingga orang yang mengerjakannya tidak hanya merasakan capek, maupun lelah atas apa yang telah diperbuatnya sebagaimana yang disinyalir dalam hadits Rasulullah saw. Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa, tapi ia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali hanya rasa haus dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang menjalankan shalat malam, tapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya terjaga di malam hari (baca: tidak tidur).” (HR Ibnu Majah)

Ada orang yang menjalankan shalat, tapi hatinya kosong; tidak khyusuk dalam melaksanakan shalat. Dia berada di belakang imam, tapi hanya tubuhnya yang mengikuti gerakan imam. Orang seperti ini tidak akan mendapatkan apapun dari shalatnya kecuali hanya rasa lelah dan capek.

Pada dasarnya, kita semua mengharap manfaat dari apa yang kita lakukan, baik itu berupa perbuatan maupun ucapan; tidak hanya sebatas perbuatan ataupun ucapan yang kita sendiri tidak mengetahui apa maksud dan tujuan dari semua itu. Untuk itulah, kita mesti mengetahui apa yang kita butuhkan? Berkenaan dengan hal ini, kami ingin memaparkan tentang berinfak di jalan Allah swt.

Alangkah indahnya sekiranya kita mau berinfak di jalan Allah swt. Mungkin kita akan bertanya pada diri sendiri, berapa banyak harta yang akan saya infakkan?

Ketahuilah bahwa permasalahan yang paling penting adalah bagaimana kita melakukan secara real, tidak hanya sebatas mendengar dan bertanya tanpa disertai dengan perbuatan nyata.

Allah swt. berfirman, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu.” (al-Munaafiquun : 10)

Lantas Allah swt. melanjutkan ayat tersebut dengan kalimat, “Sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat,” (al-Munaafiquun : 10)

Kenapa demikian …?

“yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?” (al-Munaafiquun : 10)

Ayat tersebut sangat penting untuk dipahami. Berkenaan dengannya, para ulama berkata, “Ayat ini (baca: al-Munaafiquun : 10) menunjukkan bahwa berinfak di jalan Allah swt. merupakan suatu perbuatan yang paling banyak disesali oleh umat manusia di kala ia meninggal dunia.”

Dari ayat tersebut, Allah swt. menyeru kepada kita agar berinfak sebelum pada akhirnya kita meninggalkan alam yang fana ini. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu.” sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat. Ya Allah, sekiranya Engkau memberi kesempatan lagi padaku, aku akan “bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Apa yang diingat oleh seseorang setelah meninggal dunia adalah harta kekayaan yang ditinggalkannya, karena ia telah menghabiskan umurnya untuk mengumpulkan harta kekayaan tersebut, yang pada akhirnya ditinggalkan dan diwariskan kepada anak-anaknya. Tatkala ajal menjemputnya, ia akan berkata, kenapa aku meninggalkan harta kekayaanku? Lantas ia menyesali semua yang dilakukannya seraya berkata, kenapa dulunya aku tidak berinfak dengan harta kekayaan yang aku miliki? Adu sekiranya aku menginfakkannya di jalan Allah swt., sekiranya aku dikembalikan lagi ke bumi, “Aku akan bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Komentar ditutup.